Silau
cahaya matahari dipagi ini memang tak terlalu indah seperti biasanya namun hal itu tak menghentikan senyuman manis
dari Nina. Gadis remaja yang kini duduk dikelas XII di SMA NUSA itu tetap
memamerkan senyuman indahnya. Nina gadis 16 tahun ini memang selalu ceria,
jarang sekali terlihat raut wajah sedih pada dirinya.
“Selamat
pagi duniaku....” teriak Nina penuh semangat saat berada ditaman kota ketika
berjalan menuju kesekolahnya.
Follow your dream! Even
if it’s just for a few minutes a day. Do what you love everyday. Today is
always the best day of the week. Kata-kata indah itu
yang membuat Nina selalu ceria.
Nina
terus menyelusuri jalan menuju kesekolahnya. Ketika sampai disekolah, Sinta
menghampiri Nina.
“Hai Nin tadi aku ketemu Bu Sandra katanya sih
kalau kamu udah dateng segera temuin beliau dikantor”.
“Oke
makasih ya Sin infonya” ucap Nina.
Waktu
tinggal 15 menit lagi sebelum bel berbunyi, Nina segera menaruh tasnya dikelas
dan bergegas menuju kantor.
Dikantor,
Bu Sandra sedang membereskan berkas-berkas yang ada diatas mejanya. Dengan
sopan Nina memanggil Bu Sandra.
“Permisi Bu”.
“Ohh Nin baru dateng kamu ya tadi Ibu nyari
kamu kekelas tapi kata Sinta kamu belum dateng” ungkap Bu Sandra yang masih
beres-beres meja.
“Iya
Bu tadi Nina memang belum dateng, kalau boleh tau ada apa ya Bu Ibu manggil
Nina?” tanya Nina Ragu.
“Gini
loh Nin, Ibu mau minta tolong bantuan kamu”.
“Minta
tolong apa bu?” tanya Nina.
“Kamu
tau kan sama Ciko? Orang tua Ciko itu adalah salah satu orang penting yang
berpengaruh disekolah ini”.
Ucapan
Bu Sandra masih belum selesai, Nina masih tetap menunggu kalimat selanjutnya.
“Orang
tua Ciko itu kepengen ngebuat Ciko berubah. Ciko itu orangnya sangat males sama
yang namanya hitung-hitungan”.
Bu
Sandra berhenti lagi namun untuk kali ini sepertinya dia ingin melihat respon
Nina dulu
“Jadi
hubungan dengan saya apa Bu? ” hanya kalimat itu yang menurut Nina wajar
dipertanyakan.
“Nah
jadi Ibu pengen kamu yang ngajarin Ciko tentang hitung-hitungan. Kamu jangan
takut rugi Nin kata orang tuanya Ciko kalau kamu mau, mereka akan menanggung
semua kebutuhan sekolah kamu”.
Nina
hanya bisa terdiam mendengar permintaan itu. Hingga dia memutuskan untuk
meminta waktu untuk berfikir. Nina akan memberikan jawaban ketika pulang
sekolah nanti dan Ibu Sandra menyetujuinya.
Sekolah
NUSA adalah salah satu sekolah berkelas diBandung. Nina bisa masuk kesana bukan
karena Nina mampu tapi karena Nina mendapatkan beasiswa dari sebuah lomba
olimpiade matematika dikotanya. Nina memang kurang dalam segi ekonomi namun
Nina tidak kekurangan dalam segi otak. Allah memang adil memberikan kekurangan
dan kelebihan pada tempat yang benar. Nina disana adalah siswa yang selalu
membawa prestasi setiap perlombaan cabang matematika. Nina juga sering disebut
dengan kalkulator berjalan oleh teman-temannya.
Namun
untuk hari ini kepala Nina isinya bukan kalkulator melainkan berisi tentang
Ciko dan tawaran dari orangtuanya Ciko. Nina setuju saja dengan tawaran yang
diberikan namun Nina masih belum bisa menerima jika yang akan diajarkannya
nanti itu Ciko.
Dari
kelas X Nina tidak pernah akrab dengan Ciko. Ciko anak orang kaya tapi Ciko
sombong dengan semuanya. Ciko selalu menganggap Nina itu tidak ada apa-apanya.
Setiap kali Nina lewat didepan Ciko pasti Ciko akan mengeluarkan kata-kata yang
tak selayaknya dilontarkan. Namun Nina bukan tipe orang yang cepat tersinggung.
Nina hanya mendengarkannya saja namun tak pernah dimasukkan kedalam hatinya.
Bel
pulang sekolah berbunyi dan saat inilah Nina harus menjawab tawaran dari Bu
Sandra tadi pagi.
“Nin
gimana tawarannya, diterima atau tidak?” tanya Bu Sandra
Nina
masih terdiam, Nina bingung harus menjawab apa disatu sisi dia tergiur dengan
tawaran yang diberikan, disatu sisi pula dia tidak mau berhadapan dengan Ciko.
“Iya
Bu Nina mau ngajarin Ciko tentang hitung-hitungan”
Akhirnya
Nina menerima tawaran tersebut hal ini karena dengan menerima tawaran ini, Nina
bisa meringankan beban kedua orang tuanya.
“Baiklah
Nin kalau begitu mulai besok setiap hari setelah pulang sekolah kamu ngajarin
Ciko ya” ungkap Bu Sandra.
“Iya
Bu” jawab Nina singkat.
Keesokan
harinya setelah pulang sekolah Nina menunggu Ciko diruang kelas. Namun 20 menit
kemudian tidak ada tanda-tanda ciko datang. Nina mulai geram sampai akhirnya ia
memutuskan untuk pulang saja.
Saat
membuka pintu ruang kelas, Nina sangat terkejut melihat sosok laki-laki yang
dari tadi ia tunggu.Ciko.
“Ohh
jadi lo ya yang mau ngajarin gue hitung-hitungan?” tanya ciko dengan sinis.
“Iya”
jawab Nina balik sinis.
“Terus
kenapa lo keluar dari kelas?” tanya Ciko lagi.
“Harus
ya gue jawab pertanyaan lo? Coba lo liat sekarang jam berapa?” jawab Nina
tambah sinis.
“Ahh
cuman 20 menit juga, apa salahnya coba?” jawab Ciko santai.
“Jadi
sekarang mau belajar atau tidak? Masih banyak urusan yang lebih penting
dibanding ngajarin lo” Ucap Nina.
“Sebenernya
sih gue males tapi karena ini disuruh sama orang tua gue, gue nurut aja lah.
Inget ya karena orang tua gue yang maksa bukan karena kemauan sendiri!” jawab
Ciko nyolot.
Nina
hanya menggeleng-gelengkan kepala dan kembali lagi kekelas.
Mulai
saat itu Nina mengajarkan Ciko tentang matematika. Semakin lama mereka bersama
membuat keduanya semakin tau kebiasaan-kebiasaan satu sama lain. Nina tau kalau
Ciko sebenarnya anak yang pintar dalam hitung menghitung hanya saja semuanya
tak terlihat karena sifat malas dalam diri Ciko. Dan Ciko juga tau kalau Nina
tak seperti yang dia pikirkan selama ini,Nina adalah gadis yang ceria dan Ciko
berpendapat mungkin sepanjang hidup ia tak pernah menangis. Yang Ciko liat saat
belajar bersama Nina, hanya senyum tawanya yang berhasil membuat Ciko terdiam
menatapnya.
Sampai
akhirnya Ciko mendapatkan nilai yang selalu sempurna hampir setiap ujian harian
ia selalu mendapat nilai 100. Bu Sandra sangat berterimakasih kepada Nina yang
telah berhasil merubah Ciko menjadi seperti sekarang. Berkat semua itu Nina dan
Ciko dikirim ke Jakarta untuk mengikuti olimpiade matematika se-Indonesia.
Orang tua Ciko sangat bangga kepada Ciko dan lebih bangga lagi kepada Nina
karena Nina lah Ciko bisa menjadi seperti ini.
Saat
di Jakarta Nina dan Ciko tak henti-henti belajar hingga tiba waktunya untuk
perlombaan. Usaha mereka semua tak sia-sia. Mereka pulang ke Bandung membawa
sebuah mendali Emas. Sebuah kebanggaan sekali untuk mereka berdua terutama
kebanggaan sekali untuk Ciko karena ini adalah medalinya yang pertama semenjak
ada di SMA ini. Ketika diperjalan pulang dari Jakarta Nina dan Ciko mampir dulu
dipusat perbelanjaan terkenal di Jakarta. Namun Nina hanya bisa melihat-melihat
saja. Nina bukannya tak punya uang tapi Nina hanya ingin menyimpan uangnya
untuk biaya kuliah nanti. Boneka beruang berwarna cokelat dan gelang couple
yang ada di salah satu toko memang membuat Nina tergoda tapi ia mampu
menahannya. Dari kejauhan Ciko hanya bisa tersenyum melihat mata cewek itu yang
sangat-sangat tergoda dengan 2 barang tersebut.
Setelah
pulang dari Jakarta mereka kembali lagi kekebiasaan awal. Belajar matematika
tiap hari setelah pulang sekolah. Namun untuk hari ini sepertinya Ciko sedang
tidak ingin belajar.
“Ehh
Nin kita istirahat dulu ya, tiap hari kita belajar terus, ga bosen apa kamu
Nin?” ungkap Ciko saat akan memulai pelajaran untuk hari ini.
“Besok
itu kita ulangan Ciko, kamu mau dapet nilai kecil?” jawab Nina geram
“Ayolah
Nin aku janji deh kalau besok aku bakal usaha dapet nilai 100 lagi, tapi
syaratnya hari ini kita jangan belajar dulu ya. Bosen nih..” rayu Ciko pada
Nina.
“Yaudah
ia kita stop belajar hari ini, tapi janji ya besok harus dapet nilai 100 ”
balas Nina.
“Iya
Ibu Nina Puspita Dewi..” jawab Ciko sambil mengedipkan mata
“Ihh
ganjen, yaudah kalau gitu aku pulang dulu ” Nina bergegas mengambil tas namun
tangannya terhenti saat Ciko menggenggam tangan Nina.
“Nin
jalan dulu yok hari ini, cuci mata gitu, aku mau ngasih kamu sesuatu karna kamu
sudah bantuin aku, nilai-nilai aku mulai bagus sampai-sampai aku diikut
sertakan ke olimpiade se-Indonesia, orang tua aku bangga sama kerja keras aku,
Bu Sandra juga udah ga ngomel-ngomel lagi, dan semuanya gara-gara kamu”
kata-kata itu terdengar sangat tulus dari bibir Ciko dan kalimat demi kalimat
itu membuat Nina terpaku sesaat dan mulai mengangguk pelan.
Mereka
berjalan-jalan sepanjang sore. Ciko mengajak Nina mengelilingi taman kota. Mereka
duduk disebuah kursi taman yang dikelilingi oleh badut-badut lucu. Ciko permisi
katanya sih mau ketoilet sebentar.
Nina merasa ada yang aneh ketika salah satu
badut berkostum doraemon berjalan kearahnya sambil membawa sebuah kotak besar.
Dan bukan cuman itu saja. Badut berkostum mickey mouse juga menghampirinya dan
memberikan sebuah kotak berukuran kecil. Nina hanya terdiam, ia tidak tau apa
yang terjadi. Satu persatu kotak ia buka. Kotak pertama ternyata berisi boneka
beruang yang Nina inginkan saat diJakarta dan kotak kecil berisi gelang couple
yang Nina inginkan juga saat ada diJakarta. Badut lucu itu memakaikan gelang
couple ditangan Nina.
“Baik
banget ya kamu badut tapi siapa yang nyuruh kamu ngasih ini semua? ” tanya
Nina.
Badut
doraemon memberikan sepucuk surat kepada Nina.
“Kalau mau tau
cari pasangan gelang kamu disalahsatu badut disini”
Nina
mencari pasangan gelang tersebut disetiap badut namun tak ada yang mengenakan
gelang tersebut. Hingga akhirnya Nina melihat sebuah badut beruang yang mirip
dengan boneka beruang yang diberi untuknya diseberang jembatan ditaman kota.
Nina benar badut beruang itu mengenakan gelang couple milik Nina dan disana
terdapat papan tulis putih yang bertuliskan 120 Nina membuka kepala badut tersebut dan
ternyata itu Ciko. Nina tersipu malu ketika tau kalau itu Ciko. Mata Nina
berkaca-kaca melihat usaha Ciko yang sangat mengesankan ini. Nina hanya bisa
terdiam. Hingga akhirnya Ciko berbicara.
“Nin
makasih ya”
“Makasih
untuk apa lagi Cik? Udah cukup kok kamu makasih sama aku gara-gara aku bisa
ngerubah kamu”
“Bukan
makasih untuk itu Nin. Tapi makasih karena kamu udah buat hati aku berubah”
“Berubah
apaan?” tanya Nina tak mengerti.
“Ya
awalnya aku memang sebel sama kamu soalnya kamu itu dipuji terus sama guru-guru
tapi setelah aku tau kamu itu orangnya gimana, perasaan aku berubah Nin bukan
sebel lagi tapi..... kalau kamu pengen tau kamu hapus tulisan dipapan tulis itu
setengahnya saja” Ciko terdiam
Ciko
memberikan sebuah penghapus papan tulis ke Nina dan meminta Nina menghapus
setengah dari tulisan dipapan tulis tersebut.
Nina
perlahan menghapus setengah tulisan tersebut dan Nina semakin terdiam saat tau
kalau tulisan dibalik angka-angka tersebut adalah I Love You.
“Nin
itu yang aku rasain sama kamu sekarang. Aku sayang kamu Nin. Kamu bukan cuman
ngerubah pikiran aku tapi kamu ngubah perasaan aku juga kekamu.” Ungkap Ciko
“Kamu
bener sayang sama aku Cik?” akhirnya kata-kata dari mulut mungil Nina
terdengar.
“Iya
Nin aku bener-bener sayang sama kamu” jawab Ciko berusaha meyakinkan Nina.
Sampai
akhirnya Nina mengangguk perlahan dan bilang...
“Aku
juga sayang kamu Cik”
Kini
Ciko yang terdiam dan tersenyum mendengar jawaban dari Nina.
Nina
dan Ciko kini di kenal sebagai pasangan yang sama-sama mempunyai otak
kalkulator berjalan. Bu Sandra sampai bilang kisah cinta mereka cocok diberi
judul “Ketemu Cinta Di Matematika”.
0 komentar:
Posting Komentar