Senin, 20 April 2015

KETEMU CINTA DI MATEMATIKA

0

Silau cahaya matahari dipagi ini memang tak terlalu indah seperti biasanya  namun hal itu tak menghentikan senyuman manis dari Nina. Gadis remaja yang kini duduk dikelas XII di SMA NUSA itu tetap memamerkan senyuman indahnya. Nina gadis 16 tahun ini memang selalu ceria, jarang sekali terlihat raut wajah sedih pada dirinya.
“Selamat pagi duniaku....” teriak Nina penuh semangat saat berada ditaman kota ketika berjalan menuju kesekolahnya.
Follow your dream! Even if it’s just for a few minutes a day. Do what you love everyday. Today is always the best day of the week. Kata-kata indah itu yang membuat Nina selalu ceria.
Nina terus menyelusuri jalan menuju kesekolahnya. Ketika sampai disekolah, Sinta menghampiri Nina.
 “Hai Nin tadi aku ketemu Bu Sandra katanya sih kalau kamu udah dateng segera temuin beliau dikantor”.
“Oke makasih ya Sin infonya” ucap Nina.
Waktu tinggal 15 menit lagi sebelum bel berbunyi, Nina segera menaruh tasnya dikelas dan bergegas menuju kantor.
Dikantor, Bu Sandra sedang membereskan berkas-berkas yang ada diatas mejanya. Dengan sopan Nina memanggil Bu Sandra.
 “Permisi Bu”.
 “Ohh Nin baru dateng kamu ya tadi Ibu nyari kamu kekelas tapi kata Sinta kamu belum dateng” ungkap Bu Sandra yang masih beres-beres meja.
“Iya Bu tadi Nina memang belum dateng, kalau boleh tau ada apa ya Bu Ibu manggil Nina?” tanya Nina Ragu.
“Gini loh Nin, Ibu mau minta tolong bantuan kamu”.
“Minta tolong apa bu?” tanya Nina.
“Kamu tau kan sama Ciko? Orang tua Ciko itu adalah salah satu orang penting yang berpengaruh disekolah ini”.
Ucapan Bu Sandra masih belum selesai, Nina masih tetap menunggu kalimat selanjutnya.
“Orang tua Ciko itu kepengen ngebuat Ciko berubah. Ciko itu orangnya sangat males sama yang namanya hitung-hitungan”.
Bu Sandra berhenti lagi namun untuk kali ini sepertinya dia ingin melihat respon Nina dulu
“Jadi hubungan dengan saya apa Bu? ” hanya kalimat itu yang menurut Nina wajar dipertanyakan.
“Nah jadi Ibu pengen kamu yang ngajarin Ciko tentang hitung-hitungan. Kamu jangan takut rugi Nin kata orang tuanya Ciko kalau kamu mau, mereka akan menanggung semua kebutuhan sekolah kamu”.
Nina hanya bisa terdiam mendengar permintaan itu. Hingga dia memutuskan untuk meminta waktu untuk berfikir. Nina akan memberikan jawaban ketika pulang sekolah nanti dan Ibu Sandra menyetujuinya.
Sekolah NUSA adalah salah satu sekolah berkelas diBandung. Nina bisa masuk kesana bukan karena Nina mampu tapi karena Nina mendapatkan beasiswa dari sebuah lomba olimpiade matematika dikotanya. Nina memang kurang dalam segi ekonomi namun Nina tidak kekurangan dalam segi otak. Allah memang adil memberikan kekurangan dan kelebihan pada tempat yang benar. Nina disana adalah siswa yang selalu membawa prestasi setiap perlombaan cabang matematika. Nina juga sering disebut dengan kalkulator berjalan oleh teman-temannya.
Namun untuk hari ini kepala Nina isinya bukan kalkulator melainkan berisi tentang Ciko dan tawaran dari orangtuanya Ciko. Nina setuju saja dengan tawaran yang diberikan namun Nina masih belum bisa menerima jika yang akan diajarkannya nanti itu Ciko.
Dari kelas X Nina tidak pernah akrab dengan Ciko. Ciko anak orang kaya tapi Ciko sombong dengan semuanya. Ciko selalu menganggap Nina itu tidak ada apa-apanya. Setiap kali Nina lewat didepan Ciko pasti Ciko akan mengeluarkan kata-kata yang tak selayaknya dilontarkan. Namun Nina bukan tipe orang yang cepat tersinggung. Nina hanya mendengarkannya saja namun tak pernah dimasukkan kedalam hatinya.
Bel pulang sekolah berbunyi dan saat inilah Nina harus menjawab tawaran dari Bu Sandra tadi pagi.
“Nin gimana tawarannya, diterima atau tidak?” tanya Bu Sandra
Nina masih terdiam, Nina bingung harus menjawab apa disatu sisi dia tergiur dengan tawaran yang diberikan, disatu sisi pula dia tidak mau berhadapan dengan Ciko.
“Iya Bu Nina mau ngajarin Ciko tentang hitung-hitungan”
Akhirnya Nina menerima tawaran tersebut hal ini karena dengan menerima tawaran ini, Nina bisa meringankan beban kedua orang tuanya.
“Baiklah Nin kalau begitu mulai besok setiap hari setelah pulang sekolah kamu ngajarin Ciko ya” ungkap Bu Sandra.
“Iya Bu” jawab Nina singkat.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah Nina menunggu Ciko diruang kelas. Namun 20 menit kemudian tidak ada tanda-tanda ciko datang. Nina mulai geram sampai akhirnya ia memutuskan untuk pulang saja.
Saat membuka pintu ruang kelas, Nina sangat terkejut melihat sosok laki-laki yang dari tadi ia tunggu.Ciko.
“Ohh jadi lo ya yang mau ngajarin gue hitung-hitungan?” tanya ciko dengan sinis.
“Iya” jawab Nina balik sinis.
“Terus kenapa lo keluar dari kelas?” tanya Ciko lagi.
“Harus ya gue jawab pertanyaan lo? Coba lo liat sekarang jam berapa?” jawab Nina tambah sinis.
“Ahh cuman 20 menit juga, apa salahnya coba?” jawab Ciko santai.
“Jadi sekarang mau belajar atau tidak? Masih banyak urusan yang lebih penting dibanding ngajarin lo” Ucap Nina.
“Sebenernya sih gue males tapi karena ini disuruh sama orang tua gue, gue nurut aja lah. Inget ya karena orang tua gue yang maksa bukan karena kemauan sendiri!” jawab Ciko nyolot.
Nina hanya menggeleng-gelengkan kepala dan kembali lagi kekelas.
Mulai saat itu Nina mengajarkan Ciko tentang matematika. Semakin lama mereka bersama membuat keduanya semakin tau kebiasaan-kebiasaan satu sama lain. Nina tau kalau Ciko sebenarnya anak yang pintar dalam hitung menghitung hanya saja semuanya tak terlihat karena sifat malas dalam diri Ciko. Dan Ciko juga tau kalau Nina tak seperti yang dia pikirkan selama ini,Nina adalah gadis yang ceria dan Ciko berpendapat mungkin sepanjang hidup ia tak pernah menangis. Yang Ciko liat saat belajar bersama Nina, hanya senyum tawanya yang berhasil membuat Ciko terdiam menatapnya.
Sampai akhirnya Ciko mendapatkan nilai yang selalu sempurna hampir setiap ujian harian ia selalu mendapat nilai 100. Bu Sandra sangat berterimakasih kepada Nina yang telah berhasil merubah Ciko menjadi seperti sekarang. Berkat semua itu Nina dan Ciko dikirim ke Jakarta untuk mengikuti olimpiade matematika se-Indonesia. Orang tua Ciko sangat bangga kepada Ciko dan lebih bangga lagi kepada Nina karena Nina lah Ciko bisa menjadi seperti ini.
Saat di Jakarta Nina dan Ciko tak henti-henti belajar hingga tiba waktunya untuk perlombaan. Usaha mereka semua tak sia-sia. Mereka pulang ke Bandung membawa sebuah mendali Emas. Sebuah kebanggaan sekali untuk mereka berdua terutama kebanggaan sekali untuk Ciko karena ini adalah medalinya yang pertama semenjak ada di SMA ini. Ketika diperjalan pulang dari Jakarta Nina dan Ciko mampir dulu dipusat perbelanjaan terkenal di Jakarta. Namun Nina hanya bisa melihat-melihat saja. Nina bukannya tak punya uang tapi Nina hanya ingin menyimpan uangnya untuk biaya kuliah nanti. Boneka beruang berwarna cokelat dan gelang couple yang ada di salah satu toko memang membuat Nina tergoda tapi ia mampu menahannya. Dari kejauhan Ciko hanya bisa tersenyum melihat mata cewek itu yang sangat-sangat tergoda dengan 2 barang tersebut.
Setelah pulang dari Jakarta mereka kembali lagi kekebiasaan awal. Belajar matematika tiap hari setelah pulang sekolah. Namun untuk hari ini sepertinya Ciko sedang tidak ingin belajar.
“Ehh Nin kita istirahat dulu ya, tiap hari kita belajar terus, ga bosen apa kamu Nin?” ungkap Ciko saat akan memulai pelajaran untuk hari ini.
“Besok itu kita ulangan Ciko, kamu mau dapet nilai kecil?” jawab Nina geram
“Ayolah Nin aku janji deh kalau besok aku bakal usaha dapet nilai 100 lagi, tapi syaratnya hari ini kita jangan belajar dulu ya. Bosen nih..” rayu Ciko pada Nina.
“Yaudah ia kita stop belajar hari ini, tapi janji ya besok harus dapet nilai 100 ” balas Nina.
“Iya Ibu Nina Puspita Dewi..” jawab Ciko sambil mengedipkan mata
“Ihh ganjen, yaudah kalau gitu aku pulang dulu ” Nina bergegas mengambil tas namun tangannya terhenti saat Ciko menggenggam tangan Nina.
“Nin jalan dulu yok hari ini, cuci mata gitu, aku mau ngasih kamu sesuatu karna kamu sudah bantuin aku, nilai-nilai aku mulai bagus sampai-sampai aku diikut sertakan ke olimpiade se-Indonesia, orang tua aku bangga sama kerja keras aku, Bu Sandra juga udah ga ngomel-ngomel lagi, dan semuanya gara-gara kamu” kata-kata itu terdengar sangat tulus dari bibir Ciko dan kalimat demi kalimat itu membuat Nina terpaku sesaat dan mulai mengangguk pelan.
Mereka berjalan-jalan sepanjang sore. Ciko mengajak Nina mengelilingi taman kota. Mereka duduk disebuah kursi taman yang dikelilingi oleh badut-badut lucu. Ciko permisi katanya sih mau ketoilet sebentar.
 Nina merasa ada yang aneh ketika salah satu badut berkostum doraemon berjalan kearahnya sambil membawa sebuah kotak besar. Dan bukan cuman itu saja. Badut berkostum mickey mouse juga menghampirinya dan memberikan sebuah kotak berukuran kecil. Nina hanya terdiam, ia tidak tau apa yang terjadi. Satu persatu kotak ia buka. Kotak pertama ternyata berisi boneka beruang yang Nina inginkan saat diJakarta dan kotak kecil berisi gelang couple yang Nina inginkan juga saat ada diJakarta. Badut lucu itu memakaikan gelang couple ditangan Nina.
“Baik banget ya kamu badut tapi siapa yang nyuruh kamu ngasih ini semua? ” tanya Nina.
Badut doraemon memberikan sepucuk surat kepada Nina.
“Kalau mau tau cari pasangan gelang kamu disalahsatu badut disini”
Nina mencari pasangan gelang tersebut disetiap badut namun tak ada yang mengenakan gelang tersebut. Hingga akhirnya Nina melihat sebuah badut beruang yang mirip dengan boneka beruang yang diberi untuknya diseberang jembatan ditaman kota. Nina benar badut beruang itu mengenakan gelang couple milik Nina dan disana terdapat papan tulis putih yang bertuliskan 120   Nina membuka kepala badut tersebut dan ternyata itu Ciko. Nina tersipu malu ketika tau kalau itu Ciko. Mata Nina berkaca-kaca melihat usaha Ciko yang sangat mengesankan ini. Nina hanya bisa terdiam. Hingga akhirnya Ciko berbicara.
“Nin makasih ya”
“Makasih untuk apa lagi Cik? Udah cukup kok kamu makasih sama aku gara-gara aku bisa ngerubah kamu”
“Bukan makasih untuk itu Nin. Tapi makasih karena kamu udah buat hati aku berubah”
“Berubah apaan?” tanya Nina tak mengerti.
“Ya awalnya aku memang sebel sama kamu soalnya kamu itu dipuji terus sama guru-guru tapi setelah aku tau kamu itu orangnya gimana, perasaan aku berubah Nin bukan sebel lagi tapi..... kalau kamu pengen tau kamu hapus tulisan dipapan tulis itu setengahnya saja” Ciko terdiam
Ciko memberikan sebuah penghapus papan tulis ke Nina dan meminta Nina menghapus setengah dari tulisan dipapan tulis tersebut.
Nina perlahan menghapus setengah tulisan tersebut dan Nina semakin terdiam saat tau kalau tulisan dibalik angka-angka tersebut adalah I Love You.
“Nin itu yang aku rasain sama kamu sekarang. Aku sayang kamu Nin. Kamu bukan cuman ngerubah pikiran aku tapi kamu ngubah perasaan aku juga kekamu.” Ungkap Ciko
“Kamu bener sayang sama aku Cik?” akhirnya kata-kata dari mulut mungil Nina terdengar.
“Iya Nin aku bener-bener sayang sama kamu” jawab Ciko berusaha meyakinkan Nina.
Sampai akhirnya Nina mengangguk perlahan dan bilang...
“Aku juga sayang kamu Cik”
Kini Ciko yang terdiam dan tersenyum mendengar jawaban dari Nina.
Nina dan Ciko kini di kenal sebagai pasangan yang sama-sama mempunyai otak kalkulator berjalan. Bu Sandra sampai bilang kisah cinta mereka cocok diberi judul “Ketemu Cinta Di Matematika”.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com